Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Mulawarman

Sebuah universitas yang maju biasanya memiliki keunggulan atau keunikan tertentu bila dibandingkan dengan universitas lain. Keunggulan tersebut diwujudkan dalam Pola Ilmiah Pokok (PIP), Rencana Strategis Penelitian (RSP), dan Tema Pokok/Unggulan Penelitian.

Menurut Prof. Idrus Patrussi (Universitas Hasanuddin), PIP merupakan orientasi pemikiran strategis dalam pendidikan di universitas bagi pengembangan tridarma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) berdasarkan kompetensi unggulan perguruan tinggi tersebut.

PIP Hutan Tropika Basah dan Lingkungannya (HTB+L)

Dalam dokumen Rencana Strategis tahun 2001, Universitas Mulawarman merumuskan PIP sebagai “Hutan Tropika Basah dan Lingkungannya (HTB+L)”. Setelah lebih dari satu dekade, dinamika pembangunan regional, perkembangan kampus, serta gugus-gugus keilmuan di lingkungan Unmul mengalami perubahan sehingga pemaknaan terhadap HTB+L perlu diperluas.

Menurut Dr. Suyadi, saat PIP HTB+L ditetapkan, sumber daya alam hutan merupakan mother of development. Kini status hutan tropis masih ada, namun konteksnya berbeda. HTB+L perlu dipahami tidak hanya sebagai objek kajian biofisik, tetapi juga dari sisi sosial-kultural, ekonomi, dan humaniora yang berciri khas hutan tropika basah. Hutan tidak lagi dipandang taken for granted, melainkan harus dirawat dan diusahakan karena menentukan ketersediaan SDA lain seperti air dan daya dukung lingkungan Kalimantan Timur.

Prof. Lambang Subagyo menambahkan bahwa HTB+L juga perlu memuat aspek geohidrologi, serta dipahami secara adaptif oleh setiap fakultas. Keterkaitan dapat berupa ciri sumber daya alam, sosial-budaya-humaniora, maupun geografis–geohidrologi. Universitas yang berwawasan internasional diharapkan mampu mengekspose keunikan PIP HTB+L ini melalui tridarma, antara lain melalui pusat-pusat kajian (UPS) seperti gambut, orangutan, dan tema-tema tropis lainnya.

Rumusan PIP HTB+L yang Diperluas

Berdasarkan berbagai pandangan tersebut, PIP HTB+L dirumuskan ulang sebagai:

“Kumpulan mega-diversitas biotik dan abiotik dalam wujud umum hutan yang berada di kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan selat di sekitar garis khatulistiwa, dengan suhu dan kelembaban rata-rata tinggi serta curah hujan signifikan, beserta berbagai aspek yang dibangun di sekitar atau di dalam HTB sebagai sumber kearifan lokal dan keberlanjutan, yang memiliki keterkaitan satu sama lain, seperti geohidrologi, diversitas alam, ekonomi, kesehatan, lingkungan, sosial, budaya, hukum, pendidikan, keteknikan, dan humaniora.”

PIP HTB+L ini bersifat unik jika dilihat dari:

  • Aspek geografis (lempeng bumi)
  • Aspek topografis (bentang alam)
  • Aspek iklim
  • Mega-diversitas biotik dan abiotik
  • Budaya, bahasa, dan adat istiadat
  • Interaksi sosial (lokal, nasional, dan internasional)

Prinsip Pengembangan HTB+L: Empat Dimensi

Konsep pengembangan HTB+L mengacu pada prinsip berkearifan lokal, berkelanjutan, dan integratif. Mengacu panduan UNESCO (1991), Prof. Mustofa Agung Sardjono menjabarkan empat dimensi penting: integritas ekologis, efisiensi ekonomi, identitas kultural, dan ekuitas sosial.

1. Integritas Ekologis

  • Menjaga carrying capacity Bumi.
  • Intensifikasi pemanfaatan sumber daya dengan kerusakan minimal.
  • Pembatasan penggunaan sumber daya tidak terbarukan dan pengurangan polusi.
  • Konservasi sumber daya terbarukan dan penerapan daur ulang.
  • Substitusi sumber daya tidak terbarukan/berbahaya dengan yang terbarukan/tidak berbahaya.
  • Pengembangan teknologi hemat sumber daya.
  • Pertanian dan agroforestri berkelanjutan.

2. Efisiensi Ekonomi

  • Investasi sektor publik dan privat yang stabil.
  • Efisiensi alokasi dan manajemen sumber daya.
  • Peningkatan produktivitas per satuan sumber daya.
  • Inovasi dalam produk maupun proses produksi.
  • Perhatian terhadap dampak kerusakan lingkungan dalam aktivitas ekonomi.

3. Identitas Kultural

  • Modernisasi yang tetap menghargai kearifan lokal.
  • Perubahan budaya yang bertahap dan terarah.
  • Konsep normatif pembangunan yang sesuai dengan nilai budaya setempat.
  • Pengembangan masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya ekonomi.
  • Pemanfaatan ekosistem biotik dan abiotik secara bijaksana (produktif, efektif, dan efisien).

4. Ekuitas Sosial

  • Pertumbuhan yang stabil dan inklusif.
  • Pemenuhan kebutuhan dan hak asasi dasar masyarakat.
  • Distribusi pendapatan dan aset yang lebih berimbang.
  • Peningkatan kualitas hidup dan kesempatan (entitlements).
  • Pengurangan kesenjangan standar hidup antara kelompok yang memiliki akses dan yang tidak memiliki akses.

Ranah Kontribusi Perguruan Tinggi

Dalam pelaksanaan tridarma, kontribusi perguruan tinggi yang berlandaskan PIP HTB+L dapat berada pada empat ranah:

  • Dasar (Basic)
  • Terapan (Applied)
  • Adaptasi dan Difusi Teknologi
  • Pengembangan Kapasitas (Capacity Development)